ALASAN MENGAPA SAMBAT ITU PERLU DAN TIPS –TIPS SAMBAT SECARA EFEKTIF
Siapa di sini yang tidak pernah mengeluh? Sepertinya hampir semua manusia pernah mengeluh. Berbagai macam hal dapat menjadi sumber keluhan. Tentang kemacetan ibu kota, banjir, harga barang-barang yang makin mahal, sinyal internet yang lambat, anak susah diatur, kerjaan tidak habis-habis, masalah dengan atasan dan rekan kerja, atau mengeluh tentang orangtua maupun pasangan. Mengeluh ini kerap terjadi secara otomatis.
Bener nggak sih kalau sambat itu tanda kurang syukur? Tidak dong, sahabat! Saat seorang mengeluh tentang anak, ya ibu tersebut cuma mau mengeluh saja. Bukan berarti abis itu ibu tersebut tidak mau mengurus anaknya lagi. Para ibu tersebut tetap sayang sama anak-anaknya. Kalau ada sahabat mengeluh tentang pekerjaan? Ya mau bagaimana pun kerja itu melelahkan, pasti ada hambatan, dan karena butuh untuk mencari nafkah, tentu tetap dijalani. Bagaimana bila mengeluh tentang suami atau istri? Namanya juga manusia ya, pasti ada kurang lebih nya. Apalagi mengarungi hubungan pernikahan itu harus bersedia menghadapi berbagai masalah, baik kecil maupun besar. Apakah lantas mau ganti pasangan? Tentu tidak dong. Kan tetap sayang .
Sambat itu manusiawi. Manusia butuh cara untuk mengekspresikan emosi-emosi yang mereka rasakan. Sebel, jengkel, sedih, marah, kecewa, bingung, penat, apapun itu. Dalam istilah psikologi, dikenal istilah katarsis, yaitu bentuk aktivitas bebas untuk meluapkan isi hati. Katarsis sendiri punya arti “pembersihan”. Ibaratnya dengan katarsis, manusia bisa membuang “sampah-sampah” dalam dirinya sehingga bersih dan lowong untuk diisi hal baru.
Sambat adalah salah satu bentuk katarsis dan tidak ada kaitannya sama sekali dengan kadar syukur. Media sambat bisa bermacam-macam. Ada yang langsung ngedumel, nulis diary atau nge-blog, ada yang curhat ke keluarga, teman, maupun ke Psikolog Sahabatku (kamu yang sedang baca ini, iya kamu :D). Ada juga yang suka sambat secara non-verbal, seperti membuat graffiti, gambar, komik, dll. Tiap orang bisa mengekspresikan sambat mereka dengan kegiatan yang cocok dengan kebutuhan mereka masing-masing.
Jelas lah ya, bahwa sambat itu boleh dan bahkan menjadi suatu kebutuhan manusia. Oleh karena itu, tidak perlu melarang orang lain untuk sambat. Sejatinya manusia mengeluh itu cuma mau bersih-bersih kok. Cukup dengarkan saja bila ada orang-orang dekatmu yang sedang mengeluh. Kalau bersedia dan mampu membantu ya boleh banget, seperti memberi saran dan dukungan atau mungkin membantu sesuai kemampuan.
Walaupun sambat itu manusiawi, tapi tetap ada tata caranya. Biar bagaimanapun hak kita kan tidak boleh sampai mengganggu, bahkan merugikan orang lain. Nah supaya tetap efektif, ada beberapa tips nih untuk sambat!
1. Sadari situasi yang memicu sambat
Kalau sambat terjadi secara otomatis, mungkin kita perlu menyadari situasi – situasi apayang membuat kita jadi mudah sambat. Dengan demikian kita jadi bias mengantisipasi di lain waktu sehingga kita bisa membatasi frekuensi sambat. Upayakan untuk fokus juga lepada solusi sehingga bisa menghindari sambat untuk hal yang sama secara terus menerus di lain waktu.
2. Sambatlah di tempat yang tepat
Kalau tempat sampah aja dipisah-pisah, sambat juga dong! Upayakan lah sambat pada orang atau setidaknya forum yang tepat, agar responsnya pun optimal. Misal sambat tentang anak yang mogok sekolah di grup ibu-ibu sekolah atau lebih baik curhat ke guru maupun tentang kerjaan bareng rekan kerja.
3. Luruskan niat sambatmu
Luruskan niatmu untuk apapun, bahkan sambat. Jangan sampai sambat dengan niat buruk, yaitu mau pamer. Bisa pamer kelebihan maupun kompetisi siapa yang lebih menderita. Apalagi bila niat sambatmu untuk memfitnah atau menjelekkan orang lain. Jangan ya, sahabat! Karena percayalah, orang lain pasti akan kesal padamu.
4. Batasi frekuensi sambatmu
Sambat memang diperbolehkan, namun jangan lah berlebihan. Katarsis itu menjadi menyenangkan karena sifatnya yang sesekali. Coba amati dirimu, bila sepanjang hari kamu sambat melulu sampai nggak bisa ngapa-ngapain. Segala hal nampaknya kurang dan salah di matamu, lalu kamu merasa negatif terus, coba deh main-main ke Psikolog. Tenang saja, Psikolog-nya baik kok! Apalagi psikolog-psikolog Sahabatku!
Selamat Sambat Dengan Sehat! :D
Penulis : Mardiana Hayati Soleha, M.Psi., Psikolog
Editor: Indah Sulistyarini, M.Psi., Psikolog
gambar: https://miro.medium.com/max/2800/1*VjPmmo5DkuYDO0OpMNREzA.png