Asyik, ada yang sudah sah nih! Akhirnya punya pendamping sekarang. Tidak lagi masak, masak sendiri, makan makan sendiri, cuci baju sendiri, tidur pun sendiriiii… (kalau bacanya sambil nyanyi, berarti kita seumuran J ). Eh loh? Tapi kok malah harus bareng terus? Jadi dilarang untuk kumpul sama teman-teman, tidak boleh ke mana-mana kalau perginya sendirian, dicemberutin kalau ingin melakukan hobi yang tidak disukai pasangan, tiap saat harus selalu mengabari. Rasanya ponsel ini tiap saat bergetar terus, ditanya kamu di mana, dengan siapa, sedang berbuat apa. Kalau tidak segera direspons, langsung deh menuduh yang tidak-tidak. Huff, rasanya seperti tercekik. Ingin rasanya bernyanyi, memang ku mencintaimu, tapi tak begini.
Sahabat, menikah memang menyatukan dua insan menjadi satu. Dari yang tadinya “aku-kamu”, sekarang menjadi “kita”. Tapi apakah suami-istri tidak berhak akan waktu pribadi masing-masing?
Manusia memiliki banyak peran. Sebagai suami-istri, manusia berada pada zona intim. Zona intim berjarak sangat dekat, baik secara fisik maupun psikologis. Rasa nyaman dan aman akan privasi membuat suami-istri dapat berbagi berbagai hal, dari sentuhan fisik, informasi personal, bahkan rahasia terdalam. Suami-istri pun memiliki kelekatan khusus, sehingga rasanya ingin bersama terus.
Di sisi lain, baik suami maupun istri juga memiliki kebutuhan pribadi untuk berteman dengan orang lain dan mengembangkan dirinya. Menyandang peran sebagai suami-istri, tidak menghilangkan keunikan sebagai individu. Justru memiliki ruang untuk berkegiatan sendiri (me-time) dapat menciptakan dinamika hubungan yang sehat.
Dibanding saat lajang, tentu tidak bisa seenaknya berkegiatan sendiri, tanpa memikirkan pasangan. Kita tetap bisa kok mengakomodir kebutuhan masing-masing, tanpa mengesampingkan kebutuhan bersama. Coba yuk berbagai tips di bawah ini!
1. Komunikasi
Sampaikan pada pasangan bila ingin me-time (lebih baik bilang jauh-jauh hari ya). Bila ingin bepergian, jelaskan ingin bepergian ke mana, dengan siapa, untuk berapa lama, dan bila perlu tuliskan nomor-nomor teman yang pergi bersama, agar pasangan bisa mengecek. Bila ingin rehat sejenak, bilang pada pasangan berapa lama waktu yang diambil, misalnya “sayang, aku nonton drakor dua episode ya”, “dek, aku mabar dulu ya. Sejam aja”. Dengan begitu, pasangan akan tahu berapa lama waktu yang kalian butuhkan
2. Bergiliran
Semua orang pasti punya beban masing-masing dan wajar bila merasa lelah. Jangan menganggap bahwa hanya kalian yang capek dan berhak bersenang-senang. Berikan kesempatan bagi pasangan untuk mengambil waktu rehat.
3. Libatkan pasangan
Setelah berkegiatan sendiri, ceritakan pada pasangan akan pengalaman-pengalaman yang ditemui, perasaan yang dirasakan saat menjalani dan setelahnya. Kenalkan pasangan dengan teman-temanmu, hobimu, hal-hal yang kamu suka, dan ajaklah ia ikut bila mau. Tunjukkan pula antusiasmu terhadap hal-hal yang disukai pasangan maupun teman-temannya. Bisa juga membawakan hadiah kecil sepulang bepergian sebagai bentuk perhatian pada pasangan di kala berjauhan J
4. Optimalkan our-time
Saat bersama, upayakan benar-benar “hadir” (jangan ada gawai di antara kita ya). Dengarkan dan berikan perhatian penuh pada pasangan. Dengan benar-benar fokus pada pasangan saat bersama, bisa mengusir jauh-jauh rasa cemburu saat sedang tidak bersama.
Sudah melakukan tips-tips di atas, tapi pasangan masih saja merajuk saat berjauhan. Bisa loh tatap mata pasanganmu dalam-dalam, belai pipinya, dan katakan (berbisik akan menimbulkan efek yang lebih joss), “sayang, aku tuh mau tahu rasanya kangen sama kamu”. Selamat mencoba! :D
Penulis: Mardiana Hayati Soleha, M.Psi., Psikolog
Editor: Indah Sulistyarini, M.Psi., Psikolog