Apa yang kamu pikirkan saat melihat warna biru? Mungkin kamu berpikir warna yang tenang, sejuk, dan lembut. Warna yang mengingatkan akan langit dengan awan berarak, danau yang dalam, laut dengan ombak berdebur. Tapi tahukah kamu bahwa warna biru juga bisa menggambarkan kerapuhan, bahkan depresi?
Terdapat istilah Baby Blues Syndrome, yang merupakan masalah emosi dan perilaku yang umum terjadi pada ibu paska melahirkan. Gangguan ini relatif terjadi hingga dua minggu paska persalinan. Ibu yang baru melahirkan, terutama pada kehamilan pertama atau setelah melewati proses kelahiran dan persalinan yang sulit, rentan mengalami baby blues. Walaupun begitu, kenyataannya Baby Blues Syndrome dapat terjadi pada siapapun. Tidak peduli agama, suku, status sosial ekonomi, maupun tingkat pendidikan, dan tidak ada hubungannya dengan kadar keimanan.
Ibu yang mengalami baby blues kesulitan untuk merasakan cinta pada bayi yang baru dilahirkannya. Alih-alih cinta, ibu malah cenderung menolak si bayi, seperti tidak mau dekat-dekat, ketakutan bila anak menangis maupun ingin menyusu, mengatakan tidak ingin memiliki bayi ataupun menyelesal telah hamiil dan melahirkan. Selain itu, ibu menjadi lebih sensitif dan sulit mengendalikan emosi-emosi negatifnya. Ibu lebih mudah marah, menangis, mengamuk akan hal-hal kecil, bahkan malas merawat diri.
Baby Blues Syndrome disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Fisik
Hamil, melahirkan, dan menyusui.merupakan proses yang sulit. Terjadi perubahan hormon serta perubahan fisik pada diri ibu. Belum lagi dengan nyeri paska persalinan maupun nyeri saat menyusui. Ditambah dengan kelelahan dalam mengurus bayi akibat kurang tidur, tidak cukup asupan makanan bergizi, dan kurang minum. Apalagi bila ibu juga harus mengerjakan tugas-tugas rumah tangga, yang tentunya menambah kelelahan.
2. Psikologis
Perubahan bentuk fisik dapat menimbukan beban pikiran untuk ibu karena merasa tidak menarik lagi, khawatir suami akan berpaling, bahkan beberapa merasa ibu jijik dengan perubahan tubuhnya. Adanya kesulitan untuk beradaptasi dengan peran baru, yang sering disertai dengan perasaan tidak kompeten sebagai ibu. Kekhawatiran untuk mengurus bayi, sehingga mudah panik setiap terjadi sesuatu.
3. Lingkungan
Kadang orang-orang sekitar ibu kurang suportif atau malah menjatuhkan, seperti terus-menerus mengomentari cara ibu dalam merawat bayi, menghujani ibu dengan mitos-mitos, meremehkan keluhan ibu, bahkan memaksakan cara merawat bayi dengan cara yang bisa jadi sudah tidak relevan. Ada juga ibu yang malah diabaikan oleh orang-orang terdekatnya, seperti dibiarkan mengurus anak sendiri, tidak mendapatkan perhatian, atau tidak dicukupkan kebutuhan-kebutuhan dasarnya. Lingkungan yang tidak suportif atau malah tidak peduli akan makin mengganggu mood ibu yang sedang labil.
Cara terbaik menangani baby blues syndrome adalah mendapatkan dukungan dari anggota keluarga, terutama suami. Bantu setiap ibu yang baru melahirkan agar bisa memperoleh makan yang cukup, beristirahat, dan tingkatkan kepercayaan dirinya melalui pujian atau ucapan terimakasih telah berjuang melahirkan (sebaiknya suami yang melakukan). Untuk para suami, eyang, atau anggota keluarga lain, biasakan untuk rutin menanyakan kabar ibu di rumah, bukan hanya kabar si bayi.
Bayi baru lahir itu pasti menggemaskan sekali kan, sahabat! Eits, tapi jangan buru-buru ingin menengok ya! J Sebaiknya tanyakan lebih dulu waktu yang tepat bila mau berkunjung (jangan tiba-tiba datang, apalagi di siang bolong maupun malam hari), tidak terlalu lama bertamu, membawa makanan sendiri (apalagi bila ibu tidak punya asisten atau orang lain yang mendampingi), dan berikan hadiah-hadiah kecil untuk ibu dan/atau kakak si bayi sebagai bentuk perhatian. Jangan pernah bilang “lebay”, “lemah” dll, atau malah pamer kemampuanmu dalam mengasuh anak, karena kondisi tiap orang berbeda. Selalu ingat ya, sahabat! Bila tidak bisa membantu, setidaknya jangan mengganggu.
Untuk para ibu yang nampaknya mengalami baby blues syndrome, segeralah minta bantuan profesional, seperti dokter, konselor laktasi, maupun psikolog. Para suami dan anggota keluarga yang lain pun perlu waspada. Baby Blues Syndrome dapat menghilang seiring waktu, namun bila tidak tertangani dengan baik, dapat berlanjut ke depresi paska-melahirkan, yang dampaknya lebih parah dan jangka panjang, bagi si ibu maupun bayi.
Dear ibu, siapapun Anda dan di mana pun Anda berada, yakinlah bahwa kalian istimewa. Kami tahu kalian semua sangat menyayangi anak-anak Anda, tapi kalian perlu menyayangi diri Anda sendiri terlebih dahulu. Sadari kebutuhan dan batasan kemampuan Anda. Jangan segan untuk minta bantuan, karena takut dianggap lemah dan tidak mampu, bu. Minta bantuan justru membuktikan betapa besarnya kadar cinta kalian dan betapa luar biasanya keinginan kalian untuk menjadi ibu yang bisa menyayangi anak-anaknya secara sehat. Dengan menyayangi diri Anda artinya Anda juga menyayangi bayi Anda. Ibu yang sehat dan nyaman dengan dirinya akan dapat mengasuh buah hati dengan lebih baik. Biarlah biru menjadi penghias di bajumu, hijabmu, atau aksesorismu.ya. Tapi bukan di hatimu.
Penulis: Mardiana Hayati Solehah, M.Psi., Psikolog
Editor: Indah Sulistyarini, M.Psi., Psikolog