Selamat ya ayah-bunda, kini sudah memiliki buah hati. Pasti senang sekali atas kehadiran anak-anak tercinta. Tiap tahap perkembangan tidak boleh dilewatkan. Walaupun begitu, kadang ada kekhawatiran bila si kecil tidak kunjung bertambah kemampuannya. Apalagi bila membandingkan anak kita dengan anak-anak lain sebayanya yang nampak lebih berkembang. Belum lagi komentar orang lain yang menyinggung kekurangan anak kita. Seringkali timbul pertanyaan, “anakku kok belum bisa ya? Perlukan khawatir?”
Ayah-bunda, setiap anak memiliki kecepatannya masing-masing untuk berkembang, sehingga tidak tepat bila membandingkan dengan anak-anak lain. Jika anak A bisa berjalan lebib cepat dibandingkan anak B, tidak menunjukkan bahwa A lebih hebat dibanding B. Bila anak C sudah bicara lebih dulu dibanding anak D, bukan berarti anak C lebih cerdas daripada D. Setiap anak unik, demikian dengan anak-anak kita semua, dan tumbuh-kembang anak bukanlah kompetisi.
Di sisi lain, jangan lantas terlena karena menganggap “anak beda-beda” atau berpikir “nanti juga bisa sendiri”. Ayah-bunda perlu tetap waspada bila pertumbuhan dan perkembangan anak tidak kunjung berkembang, bahkan mengalami penurunan kemampuan. Jadi bagaimana dong bila anak saya belum bisa? Yuk, kita bahas bersama!
Percaya intuisi
Setiap orangtua (terutama ibu) yang bersama anak setiap waktu, seringkali memiliki intuisi tentang kondisi anak mereka. Bila ayah-bunda merasa ada yang kurang beres dengan anak, cobalah untuk mengamati lebih dalam. Jangan langsung mengabaikan intuisi yang muncul, segera cek lebih lanjut! Jangan terpancing dengan omongan orang lain yang mengatakan “lebay” atau menganggap remeh intuisi yang muncul.
Selalu cek grafik tumbuh-kembang anak
Kalau anak ayah-bunda masih berusia balita, senantiasa cek grafik tumbuh-kembang anak ya, dengan rutin melakukan kontrol di posyandu maupun puskesmas, minimal sebulan sekali. Biasanya posyandu atau puskesmas juga memberikan buku pink berisi informasi ibu-anak, yang bisa ayah-bunda baca, meliputi grafik penambahan tinggi dan berat badan serta tahap perkembangan anak dalam aspek motorik, bahasa, dan sosial. Oh iya, jangan lupa untuk vaksinasi sang buah hati ya, ayah-bunda! Karena vaksinasi adalah hak anak yang wajib dipenuhi oleh orangtua.
Konsultasi ke ahli
Setelah ayah-bunda mengecek kembali dan menemukan ternyata ada kemungkinan masalah tumbuh kembang pada anak atau masih galau ragu-ragu apakah ada keterlambatan atau tidak, ayah-bunda sebaiknya berkonsultasi dengan ahlinya, seperti nutrisionis (ahli gizi), dokter anak, dan psikolog. Para profesional dapat melakukan pemeriksaan yang menyeluruh terhadap kondisi anak ayah-bunda dan memberikan kepastian apakah memang anak ayah-bunda mengalami masalah tumbuh kembang serta menemukan penyebabnya (bisa karena hambatan fisik, kurang stimulasi, lingkungan keluarga yang kurang mendukung, dll). Penegakan diagnosa yang tepat akan merujuk ke saran-saran yang juga sesuai dengan kondisi anak ayah-ibu. Penting bagi ayah bunda untuk berkonsultasi pada ahli yang tepat yang sudah menjalani Pendidikan terkait keahliannya dan berpengalaman menghadapi berbagai kasus sehingga keahlian nya dapat dipercaya untuk membantu menyelesaikan masalah anak Anda.
Jalankan rekomendasi
Setelah ayah-bunda berkonsultasi dengan ahli, pasti akan diberikan saran-saran untuk mengembangkan kemampuan anak, seperti mengikuti terapi atau memberikan stimulasi-stimulasi tertentu di rumah, maka jalankanlah sesuai rekomendasi. Sebaiknya tidak tergiur dengan teknik-teknik pengobatan alternatif yang tidak jelas dasarnya maupun iming-iming obat yang menjanjikan bisa mengobati secara instan.
Bersabar
Perlu ayah-bunda pahami bahwa perkembangan merupakan sebuah proses jangka panjang, tidak bisa berubah secepat kilat. Saat ayah-bunda sudah melakukan saran ahli, namun tidak kunjung ada kemajuan, tetaplah bertahan. Dengan kesabaran dan komitmen antar orangtua, pasti akan ada kemajuan. Tetaplah saling menguatkan! J Jangan lupa untuk menghargai setiap kemajuan yang terjadi meski tampak sederhana . Kemajuan besar diperoleh dari kemajuan setahap demi setahap.
Penulis: Mardiana Hayati Solehah, M.Psi., Psikolog
Editor: Indah Sulistyarini, M.Psi., Psikolog
Gambar: https://image.freepik.com/free-photo/kids-playing-together-kindergarten_23-2148633300.jpg