Semenjak penayangan film anti-hero beberapa waktu lalu, muncul kutipan “orang jahat terlahir dari orang baik yang tersakiti”. Banyak yang menyetujui kutipan tersebut dan seakan mengukuhkan bahwa baik atau jahat merupakan akibat nasib. Beberapa orang bahkan menganggap bahwa orang jahat itu keren, butuh dimaklumi, serta tidak perlu bertanggungjawab akan perbuatannya. Apakah betul bahwa orang baik yang didera oleh banyaknya masalah maupun kemalangan otomatis menjadi orang jahat? .
Seorang filsuf bernama John Locke pernah mengungkapkan istilah “Tabula Rasa” atau yang dapat diterjemahkan menjadi kertas putih. Tabula Rasa merujuk pada kondisi manusia yang saat dilahirkan bagaikan sehelai kertas putih yang kosong. Kertas putih tersebut akan menjadi berwarna atau berisi apapun sesuai dengan tangan yang menulisinya, yaitu lingkungan. Tabula rasa mencoba menjabarkan mengenai kuatnya peran pengalaman dan pengaruh lingkungan terhadap pembentukan kepribadian seorang serta motivasi yang mendorong orang tersebut untuk berperilaku.
Dalam perkembangan berikutnya, terjadi debat psikologi mengenai perilaku manusia, yaitu “determinism” (takdir) melawan “free will” (kehendak bebas/pilihan). Paham deterministik menekankan bahwa perilaku manusia sepenuhnya diatur oleh lingkungan eksternal individu. Tindakan individu hanya merupakan respons dari stimulus eksternal yang dilandasi oleh motivasi dasar untuk memperoleh imbalan dan menjauhi hukuman, tanpa memiliki kebebasan untuk memilih. Terdapat dua macam deterministik, yaitu biologis dan lingkungan. Deterministik biologis menyatakan bahwa perilaku manusia sepenuhnya diatur oleh fungsi otak. Deterministik lingkungan menunjukkan bahwa perilaku manusia sepenuhnya dibentuk oleh lingkungan, seperti anak yang sering disiksa oleh orangtuanya akan menjadi orangtua yang menyiksa anaknya, karena terjadi proses pengamatan dan meniru. Berdasarkan paham deterministik, seorang kriminal tidak dapat disalahkan atas kejahatannya karena mereka tidak punya pilihan lain. Kejahatannya tersebut merupakan akibat dari faktor lingkungan dan sifat bawaan.
Di lain pihak, paham kehendak bebas menekankan bahwa manusia merupakan makhluk bebas. Bebas memiliki pilihan-pilihan yang menjadi dasar tindakannya, bukan hanya sekadar berespon sesuai dengan stimulus, serta memiliki tanggung jawab akan konsekuensi-konsekuensi dari pilihannya tersebut. Paham kehendak bebas menyatakan bahwa manusia sebagai makhluk yang sadar, memiliki kemampuan untuk memproses informasi, menilai, serta mengambil keputusan untuk bertindak dalam berbagai situasi.
Bila kita coba telaah lebih dalam, memang ada hal-hal yang tidak bisa kita kontrol dalam hidup (takdir), seperti lahir di mana, suku, jenis kelamin, dibesarkan di keluarga yang seperti apa, hidup di sosial ekonomi yang bagaimana, dll. Walaupun begitu, ada hal-hal yang bisa kita kendalikan, seperti sikap kita akan sesuatu, memilih untuk menjauhi orang-orang yang membawa pengaruh buruk, dan bisa mengupayakan untuk memperbaiki sosial ekonominya melalui pendidikan atau bekerja keras.
Manusia merupakan makhluk yang dipengaruhi oleh lingkungan dan mempengaruhi lingkungannya. Hubungan timbal balik ini menunjukkan bahwa pengalaman serta kondisi lingkungan sangat mempengaruhi perilaku manusia, namun manusia dapat memilih tindakan yang akan dilakukannya, karena menyadari bahwa setiap tindakan yang dipilih akan mendatangkan konsekuensi bagi dirinya maupun lingkungannya.
Sahabat, mungkin kita semua pernah merasa hidup ini tidak adil. Nasib buruk betah menghinggapi kita, sementara orang lain nampak tidak punya masalah. Perlu diingat bahwa tiap manusia diciptakan dengan cobaan masing-masing, yang tentu dianggap Tuhan, sesuai dengan kemampuan manusia tersebut. Oleh karena itu, tidak perlu membanding-bandingkan, apalagi menjadikan cobaan yang kita terima sebagai alasan untuk berbuat kejahatan, dan tentu saja kita harus siap menerima konsekuensi dari tiap perilaku.
Andai hidup bagaikan kertas putih, maka jika kertasmu telah kotor dinodai oleh tinta hitam, kamu boleh memilih untuk makin mengotori kertasmu dengan noda lain atau mencari penghapus untuk menghilangkan noda-noda tersebut. Tindakan yang lebih baik lagi adalah bila kamu mencampurkan berbagai warna cerah dalam kertas ternoda tersebut sehingga tercipta lukisan yang indah. Seperti kutipan Dale Carnegie yang terkenal, “when life gives you lemon, make lemonade”, jangan pernah menggunakan kepedihan yang kau alami sebagai pembenaran untuk perilakumu yang negatif.
Penulis: Mardiana Hayati Solehah, M.Psi., Psikolog
Editor: M. Chalid Bahar, S.Psi., M.M., Psikolog
Gambar: http://satprayana.blogspot.com