Siapa di sini yang Army? Blink? Beliebers? Swifties? Sobat ambyar? Pecinta hhmmm.. hmmm… hmmm.. Nisa Sabyan? Atau mungkin lebih menggemari lagu-lagu India atau dangdut? Siapa di sini yang pecinta drakor? Anime? Tokusatsu? Atau mungkin penggemar sinetron Indonesia? Coba yuk kita lihat siapa saja yang punya idola (atau ngidol, kata anak jaman now). Siapa yang sering berantem karena idolanya? Atau rebutan dengan sesama fans karena ngaku-ngaku sebagai pasangan idolmu? Ayo, ngakuuuu…. J
Menyukai sesuatu merupakan hal yang manusiawi. Manusia dapat memiliki tokoh idola, menyukai suatu benda, atau setia pada merk tertentu. Bila kita menyukai dan setia pada suatu hal tertentu, maka kita dapat dikatakan sebagai “fans”. Akan tetapi saat rasa suka tersebut berlebihan, maka berubah menjadi “fanatik”.
Ngefans itu boleh asal tidak menjadi fanatik. Yuk kita bahas agar kita tidak terjerumus dalam fanatisme.
Semua orang punya selera
Semua orang itu unik dan masing-masing punya selera. Sah-sah saja kok kalau orang lain punya kesukaan yang berbeda dengan kita. Apakah kalau kamu suka makan gado-gado, lalu temanmu suka makan bakso, berarti temanmu salah? Ya tidak dong. Semua orang boleh punya selera, seperti warna favorit, genre musik, film kesukaan, klub sepakbola, dll, dan selama masih taraf wajar, ya tidak masalah.
Boleh kok mengajak orang lain untuk menyukai kegemaranmu, tapi tidak memaksakan, Jangan juga menghina kesukaan orang lain bila berbeda denganmu. Kalau kamu tidak ingin dibilang biasmu itu oplasan, ya jangan juga mengejek dangdut itu kampungan. Tetaplah saling ngefans dalam damai! J
Lagipula daripada memaksakan, lebih baik kamu setelin terus lagu-lagu atau ceritakan terus tentang idolamu. Pasti teman-temanmu akan kena virus HOWYULEKTHAT juga.
Idolamu itu manusia
Bagi seorang fanatik, idola merupakan sosok dewa, orang suci, atau tokoh paling ideal yang harus dijunjung setinggi-tingginya. Dikarenakan hebatnya gambaran sang idola, para fanatik menganggap idolanya tidak mungkin berbuat kesalahan. Oleh karena itu, pada beberapa kasus fanatisme, sang idola diancam, dilukai, bahkan dibunuh oleh pelaku fanatik yang merasa kecewa karena sang idola tidak sesuai dengan gambaran idealnya. Para fanatik juga bisa berbuat agresif bila ada yang mengkritik idolanya.
Sahabat, secantik apapun, seganteng apapun, sekeren apapun idolamu, mereka semua manusia biasa. Mereka bisa salah, berada dalam kondisi rapuh, bahkan punya skandal. Kesan yang ditampilkan di media sudah dipoles sedemikian rupa untuk meningkatkan penjualan. Rugi jadinya bila kalian bersikeras untuk menjunjung tinggi idolamu.
Kalian hidup di dunia berbeda
Sahabat, kalian dan idolamu berada di dunia berbeda. Bukan berarti idolamu itu uka-uka ya J Tapi saat kalian sibuk bertengkar karena idolamu, idolamu bahkan tidak mikirin kamu. Bahkan mereka tidak tahu bahwa kamu ada (sakit memang tapi itu kenyataan). Memang sih idola itu bisa besar karena fans, tapi mereka kan tidak ingat satu-persatu dengan idola mereka.
Boleh kok menghibur dengan mendengarkan musik, menonton video atau film, maupun membaca berita tentang idolamu, tapi jangan lupakan tugas-tugas dan tanggung jawabmu. Batasi waktumu untuk ngidol, lalu gunakan sebagian besar waktumu untuk belajar, bekerja, beribadah, berdoa, dan bercengkerama dengan keluarga maupun sahabatmu di dunia nyata. Sesuaikan juga standarmu dengan realita. Jangan nuntut punya suami yang sekeren Kapten Ri ya! J
Trend terus berganti
Sekarang orang-orang sedang terkena demam Korea, tapi dulu pernah menjangkit demam Jepang, China, telenovela, bahkan sinetron Turki. Demikian juga dengan genre musik yang terus datang silih-berganti. Trend akan selalu berubah. Bila suatu trend dianggap keren di suatu masa, bisa jadi akan dianggap norak di masa berikutnya. Oleh karena itu, ikutilah trend dengan secukupnya. Tidak perlu memaksakan diri untuk mengeluarkan uang, menghabiskan waktu serta tenaga, bahkan merusak silaturahmi, untuk trend yang cepat sekali berganti. Bisa saja loh sesuatu yang kamu cintai habis-habisan saat ini akan berubah menjadi sesuatu yang kamu benci. Oleh karena itu, sukailah sesuatu dengan sedang-sedang saja.
Yuk, Sahabat! Kita ngidol asyik tanpa fanatik!
Penulis: Mardiana Hayati Solehah, M.Psi., Psikolog
Editor: M. Chalid Bahar., S.Psi., M.M., Psikolog
Gambar: https://www.shutterstock.com/image-photo/wooden-stage-blue-smoke-spot-lights-654413188