Bahagia merupakan salah satu perasaan atau emosi yang dimiliki oleh manusia, di antara emosi-emosi yang lain, seperti marah, sedih, kaget, dan sebagainya. Arti bahagia, dan hal-hal yang dapat menghadirkan kebahagiaan dapat berbeda-beda pada setiap individu. Apakah arti kebahagiaan bagi Anda? Beberapa ahli Psikologi menjelaskan kebahagiaan sebagai perasaan yang positif dan berhubungan dengan kepuasan. Ada pula ahli yang mengaitkan kebahagiaan pada nilai-nilai kebajikan, dan makna hidup.
Pengalaman hidup yang kita lalui tentunya sangat beragam: terkadang kita merasakan kemudahan, namun kadangkala kenyataan tidak sejalan dengan harapan kita. Merasa bahagia bukan berarti selalu merasa senang, sehingga tidak pernah sedih, atau kecewa. Sangat wajar jika seseorang merasa sedih saat harus berpisah dengan orang yang ia cintai, misalnya, atau kecewa karena harapannya tidak terwujud. Pada situasi ini, kesedihan merupakan reaksi yang sesuai, dan biasanya diekspresikan dengan menangis, atau wajah duka. Meski demikian, menyimpan emosi negatif, seperti sedih, marah, kecewa, dan sebagainya dalam waktu yang lama tentu sangat tidak nyaman. Hal ini juga dapat membahayakan kesehatan jiwa dan raga. Maka, perlu juga kita mengingatkan diri sendiri untuk tidak larut terus menerus pada emosi-emosi yang kurang menyenangkan. Lalu, mencoba kembali bangkit untuk merasakan kebahagiaan dalam hidup. Tentu saja mudah untuk meneguk kebahagiaan dalam situasi yang ringan dan memuaskan. Namun, bila dihadapkan pada situasi yang sebaliknya, bagaimana agar kebahagiaan dapat kembali diraih? Berikut beberapa tips yang dapat dicoba untuk membangkitkan kebahagiaan di situasi yang tidak mudah:
1. Lapangkan jiwa dengan rasa syukur.
Masalah dapat terasa sangat besar bila hati kita sempit, lalu yang kita lihat hanyalah hal-hal yang buruk. Bersyukur adalah pembangkit emosi positif, sehingga semakin terampil seseorang dalam bersyukur maka semakin dekat ia dengan kebahagiaan. Kemampuan bersyukur dapat dilatih dengan membiasakan diri berterima kasih pada Tuhan, dan pada orang-orang sekitar atas semua kebaikan yang kita peroleh, sekecil apapun kebaikan tersebut. Buatlah ‘Jurnal Rasa Syukur’, dengan mencatat beragam hal baik yang peroleh setiap hari (minimal 3). Lakukan secara rutin selama 2 pekan, dan jika Anda rasa bermanfaat dapat dilanjutkan sampai kapan pun Anda suka.
2. Hargai kebaikan orang lain dengan berterima kasih.
Tidak perlu sungkan mengucapkan terimakasih pada orang lain yang sudah berbaik hati pada Anda. Anda juga dapat mengingat kebaikan tersebut, dan menyadari betapa banyak orang lain yang peduli dan bersedia membantu Anda, sehingga Anda patut merasa berharga dan bahagia.
3. Kelola keinginan dan harapan.
Keinginan yang realistis, dan mengutamakan asas kebutuhan akan menjaga kita dari perasaan kecewa yang berlebihan. Kita boleh membangun keinginan dan harapan, namun setelah semua upaya posiitf kita lakukan, ingat pula untuk tawakkal menerima ketentuan Tuhan.
4. Berikan makna yang lebih positif.
Sebagai contoh, ibu yang menganggap anaknya sebagai anugerah tentu akan lebih menikmati tugasnya sebagai ibu, dibandingkan dengan ibu yang memandang anaknya sebagai ‘penghambat’ kariernya. Kenikmatan menjalani tugas tersebut akan membuat ibu tersebut lebih bahagia. Kita dapat memaknai kesulitan yang kita alami dengan makna yang lebih positif, misalnya sebagai ‘ujian untuk naik tingkat’, ‘cobaan yang menjadi sarana ibadah dan mendulang pahala’, ‘latihan menempa diri’, dan sebagainya.
5. Bandingkan kondisi kita dengan kondisi orang lain yang lebih sulit.
Dengan melihat ke ‘bawah’ kita akan merasa situasi yang kita alami menjadi lebih lapang, karena ternyata ada orang lain yang mampu menanggung kesulitan yang lebih besar. Mungkin kesulitan kita tidak menjadi lebih ringan, namun hati kita menjadi lebih kuat untuk menghadapinya.
Salam Bahagia!
Penulis : Rahmaya Sholiha, M.Psi., Psikolog
Editor : Indah Sulistyorini, M.Osi., Psikolog
Sumber gambar : Canva