Apa kabar Ayah Bunda?
Pada kesempatan ini Sahabat Ayah Bunda akan berbagi mengenai manajemen emosi bagi orang tua.
Kemampuan mengontrol emosi untuk kemudian mengekspresikannya dengan cara yang tepat adalah hal yang kita “pelajari” pada awal-awal tahun kehidupan. Tentunya saat ini hal tersebut sudah terinternalisasi sebagai bagian dari karakter dan kepribadian kita. Karena itu, ketika kita menjumpai bahwa ternyata kita belum dapat mengatur dan mengekspresikan emosi kita dengan tepat, maka diperlukan motivasi yang sangat kuat dalam diri kita untuk berubah dan menjadi pribadi yang lebih matang secara emosi.
Kita sebagai orang tua tentunya menginginkan agar anak-anak kita bisa menjadi individu yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi, kritis, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, berani bertanya, memiliki toleransi terhadap stress yang tinggi, memahami kekuatan dan kelemahan dirinya, memiliki rasa empati yang tinggi, penuh rasa syukur terhadap penciptaNYA, mampu mengatur dan mengekspresikan emosinya dgn tepat, dan seluruh karakter positif lainnya. Dan sebagai “sekolah” pertama bagi anak, maka mereka pastinya akan mengadaptasi dan mengimitasi seluruh karakter orang tuanya di rumah.
Berdasarkan penelitian di bidang Neurologi, ditemukan bahwa anak-anak yang seringkali mendapatkan label/ucapan yang negatif, teriakan atau bentakan dari lingkungannya, maka batang otak si anak akan mengalami pembengkakan yang akan menekan sistem limbik yang sangat berperan dalam mengendalikan emosi. Karena itu, tak heran bila anak-anak yang kerap kali mendapatkan label negatif, bentakan dan teriakan apalagi dengan hukuman fisik, maka kelak ia akan mengalami kesulitan dalam mengendalikan emosi serta kesulitan dalam membentuk konsep diri yang positif. Hal ini lah yang sebaiknya perlu disadari oleh kita para orang tua untuk mau berubah dan belajar mengatur dan mengendalikan emosi dengan lebih baik lagi.
Ada beberapa hal penting yang bisa kita lakukan sehubungan dengan malatih diri kita sebagai orang tua dalam upaya meningkatkan kemampuan pengendalian emosi, antara lain adalah:
1. Menyingkir dulu.
Bila kita tidak ‘siap’ menghadapi anak yang saat itu sedang marah, menangis, teriak-teriak, atau menunjukkan perilaku tantrum lainnya, maka sebaiknya kita ‘menyingkir’ terlebih dahulu untuk menenangkan diri. Segera pindah dari hadapan anak, dan lakukan aktivitas-aktivitas yang bisa membuat kita lebih siap menghadapi anak dengan segala perilakunya. Bunda atau Ayah bisa masuk ke dalam kamar tidur untuk berbaring sebentar, atau melakukan aktivitas lain yang bisa membuat kita lebih tenang. Setelah kita merasa lebih siap, barulah kita masuk ke ‘arena’ anak tanpa mudah terpancing dengan perilaku tantrum anak.
2. Hindari memberi nasehat saat anak marah
Ketika anak sedang tantrum atau marah, kita tidak perlu menasehati panjang lebar. Cukup dengan memasang wajah afek datar dan abaikan segala perilaku tantrum tersebut. Nanti, ketika anak sudah tenang, barulah kita peluk, cium sambil kita katakan bahwa betapa kita sangat mencintainya. Sampaikan pada anak mengenai perasaan Bunda atau Ayah bila sang anak marah-marah, teriak-teriak, melawan, pukul, membanting barang, dll. Tidak perlu memberi nasihat yang panjang dan lebar. Jangan lupa, ketika anak menunjukkan perilaku yang positif, berilah apresiasi pada anak. Bisa dengan pujian yang disertai dengan senyum termanis dr Ayah Bunda, pelukan, ciuman, dll. Story telling atau mendongeng dan bercerita pada anak, juga merupakan terapi yang sangat efektif dalam membentuk karakter-karakter positif pada Balita kita. Ayah dan Ibu bisa membeli buku atau cukup “mengarang” cerita dengan konteks yang sesuai dengan masalah anak.
3. Sediakan “me - time”.
Orang tua, Ayah dan Bunda juga harus memiliki waktu untuk diri sendiri. Pada waktu ini, Ayah dan Bunda bisa melakukan aktivitas-aktivitas yang sifatnya relaksasi atau dengan mengerjakan hobby yang bisa mengobati rasa jenuh. Tidak perlu waktu berjam-jam lamanya. Hobi seperti mendengarkan musik, membaca buku, berendam di bath tub dengan air hangat, olah raga, menelpon teman lama, merangkai bunga, berkebun, makan malam di luar bersama teman, adalah contoh-contoh aktivitas yang bisa dilakukan ayah dan bunda untuk membuat otak dan hati kita menjadi lebih fresh. Dengan demikian diharapkan kita bisa jauh lebih siap dalam menghadapi segala perilaku anak.
Semoga Bermanfaat.
Fajriati Maesyaroh, M.Psi., Psikolog