AyahBunda, Saya pernah mendapatkan kasus seorang anak kelas 3 SD yang tidak mau masuk sekolah selama 1 minggu. Kalaupun anak tersebut masuk sekolah, hari ini masuk, 2 hari kemudian tidak masuk. Atau, kalaupun masuk sekolah, siangnya dijemput sang supir untuk pulang. karena kebiasaannya ini, prestasi belajar anak pun akhirnya menurun (underachiever). Guru pun akhirnya menyarakan orang tua nya untuk segera membawa ke psikolog, untuk mencari jawaban atas masalah ini.
Dari hasil pemeriksaan psikologis yang dilakukan oleh sejawat saya, tidak ada masalah dalam hal intelektualnya. Inteligensi anak tersebut bahkan mencapai taraf diatas rata-rata (namun perlu diingat, pada usia Sekolah Dasar tidak selamanya taraf kecerdasan anak berada pada angka/kategori tersebut, masih bisa berubah-ubah). Memang, tidak ada masalah dalam hal intelektual.
Setelah mendengarkan cerita orang tua lebih lanjut, ternyata faktor yang membuat anaknya mengalami masalah tersebut adalah stress. Stress yang dialami oleh anak tersebut adalah, kurang populernya anak di sekolah baru-nya, sehingga sulit untuk berteman. meskipun sifat anak ini mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Mungkin sebagian dari kita (orang tua) tidak pernah menyadari bahwa anak-anak pun bisa mengalami stress.
beberapa hal yang dapat menyebabkan anak stress adalah :
1. Kelelahan, karena waktu belajar yang sangat padat. Misalnya, jam sekolah pukul 07.00 – 14.00, dilanjut dengan les matematika dan beberapa les lainnya. perlu diperhatikan, les saat ini menjadi tren bagi orang tua yang merasa bersalah tidak dapat mendampingi anak dalam belajar karena kesibukan bekerja. Saran saya, jika anak tidak mengalami masalah dalam nilai belajar, sebaiknya perlu dipikirkan kembali masalah ikut les atau tidak.
2. Motivasi. Faktor pembentuk motivasi ada 2, intrinsik dan ekstrinsik. Intrinsik, mungkin dari dalam diri anak sudah ada keinginan yang kuat untuk belajar/ sekolah, namun faktor ekstrinsik seperti lingkungan rumah, lingkungan luar rumah dll kurang mendukung anak. Oleh karena itu perlu dicari penyebabnya.
3. Interaksi sosial. Penerimaan anak yang kurang baik di lingkungan sebaya-nya, juga dapat mempengaruhi prestasi belajar dan keinginan anak untuk sekolah. Anak yang mudah menyesuaikan diri, namun lingkungan sebaya tetap dengan keras menolak untuk menerimanya, lama kelamaan akan mengalami stress.
4. Kurikulum. Beragam bentuk kurikulum saat ini sedikit banyak menyebabkan anak menjadi malas untuk belajar, sementara tuntutan sekolah mengharuskan anak menyelesaikan kurikulum tersebut dalam 1 semester. Sehingga, anak tetap mengerjakan tugas-tugas tersebut, namun harus selalu di monitor.
Mari sekarang kita lihat, mana yang saat ini mempengaruhi prestasi belajar buah hati tercinta kita?
salam,
Chalid