Sahabat tahu tidak, di era digital seperti sekarang, remaja dan dewasa muda berkomunikasi dengan cara yang berbeda dibanding generasi-generasi sebelumnya. Perbincangan pribadi yang dulu dilakukan secara privat, akhir-akhir ini biasa dengan mudah di-announce kepada khalayak ramai dengan bantuan jejaring media sosial. Hal ini menunjukkan pentingnya pengarahan bagi generasi zaman sekarang agar dapat mengembangkan ketrampilan komunikasi yang lebih sehat.
Komunikasi bisa digolongkan ke dalam 4 tipe utama: pasif, agresif, pasif-agresif, dan asertif. Remaja seperti kamu bisa saja memakai lebih dari satu tipe komunikasi tergantung situasi. Sebagai contoh, kamu mungkin saja berperilaku pasif terhadap teman-temanmu, namun kadang-kadang menunjukkan sifat agresif di rumah. Akan sangat membantu apabila Sahabat dapat mengidentifikasi tipe komunikasimu sehingga bisa mempelajari bagaimana cara berkomunikasi secara tepat dan produktif.
1. Komunikasi Pasif
Remaja yang pasif biasanya tidak berani mengekspresikan dirinya secara langsung. Mereka sering terlihat diperlakukan dengan semena-mena oleh orang lain karena sulit bagi mereka untuk membela diri sendiri. Mereka umumnya ragu untuk mengeluarkan pendapat, walaupun ditanya.
Mereka yang berperilaku pasif seperti ini memiliki kecenderungan untuk mengalami masalah mental seperti depresi dan kecemasan, karena sering merasa tidak dapat mengontrol diri sendiri. Mereka mungkin memiliki rasa benci dan marah terhadap orang-orang yang menyakiti mereka. Ketika masalah muncul, mereka tidak dapat mengatasi dengan tepat sehingga akhirnya masalah menjadi menumpuk.
Beberapa contoh perilaku pasif:
- Murid yang tidak mengerti penjelasan guru di kelas namun tidak berani bertanya.
- Seorang remaja laki-laki diajak teman-temannya menonton ke bioskop. Walaupun sebenarnya tidak ingin pergi, ia tidak berani menyampaikan kepada teman-temannya.
- Seorang mahasiswi diolok-olok hingga sakit hati oleh kakak kelasnya di kampus. Namun ia tidak berani membalas dan hanya tertunduk diam.
2. Komunikasi Agresif
Ketika seseorang berperilaku agresif, ia secara tidak langsung menyampaikan ketidakpeduliannya terhadap hak asasi orang lain. Ia hanya ingin memenuhi kebutuhannya, walaupun menyakiti orang lain demi hal itu. Komunikasi agresif bisa berbentuk verbal maupun fisik. Mereka yang berperilaku agresif akan berteriak, menyumpah-nyumpah, mengancam atau menunjukkan perangai temper-tantrum yang tidak sesuai dengan usia ketika tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan. Mereka akan menyalahkan orang lain karena telah membuat mereka “marah” dan cenderung untuk tidak peduli atas perilaku atau perasaan mereka. Kadangkala perilaku agresif berhasil untuk sesuatu yang sifatnya berjangka pendek karena orang lain menyerah dan menuruti kemauannya, namun bukan sesuatu yang disukai dalam jangka panjang.
Beberapa contoh komunikasi agresif:
- Ketika disuruh mencuci piring, seorang remaja berespon sambil berteriak: “Aku disuruh terus gara-gara kamu orangnya terlalu malas untuk melakukan apa-apa sendiri!”
- Seorang remaja tanpa sengaja tersandung oleh remaja lain ketika berjalan di sekolah. Ia bereaksi sambal berteriak, “Awas kalau kamu bikin aku kesandung lagi, aku tonjok wajahmu!”
- Seorang remaja putri menuliskan komen-komen penuh kebencian terhadap seorang temannya di media sosial.
3. Komunikasi Pasif-Agresif
Komunikasi tipe ini agak sedikit rumit. Remaja yang berperilaku secara pasif-agresif secara kasat mata tampak seperti menyetujui sesuatu. Akan tetapi, ia kemudian akan memakai metode-metode lain untuk melakukan sabotase. Komunikator pasif-agresif sering merasa marah tapi tidak berani mengekspresikan perasaan mereka. Mereka bekerja keras untuk tampil menyenangkan dan tampak kompak namun dibelakang itu merencanakan balas dendam dan menjadi semakin membenci. Remaja-remaja yang berperilaku seperti ini kemungkinan mengalami kesulitan membangun hubungan yang sehat karena mereka juga tidak menyelesaikan masalah secara sehat.
Beberapa contoh perilaku pasif-agresif:
- Seorang remaja mengiyakan ajakan untuk pergi ke mall dengan beberapa teman karena ia tidak berani bilang bahwa ia tidak mau pergi. Beberapa saat sebelum dijemput, ia mengatakan pada teman-temannya bahwa dia batal pergi karena sedang tidak enak badan.
- Seorang perempuan merasa kesal atas perilaku sahabatnya di sekolah. Alih-alih berbicara langsung dengan sahabat tersebut, ia menelpon beberapa teman lain untuk berkeluh kesah tentang sahabatnya.
- Seorang remaja pria beranggapan temannya berusaha mencuri pacarnya. Karena tidak mau membahas masalah tersebut secara terbuka, ia meng-hack akun media sosial temannya dan memposting hal-hal keji dan memalukan.
4. Komunikasi Asertif
Mereka yang berperilaku asertif biasa menyatakan apa yang mereka butuhkan dan mampu mengekspresikan perasaannya dengan dengan adab yang sopan. Mereka menyadari tentang hak-hak asasi orang lain dan tidak akan melanggar hal tersebut. Mreka juga sadar akan hak asasi diri mereka dan akan berjuang untuk melindunginya. Mereka memiliki batasan-batasan yang sehat dan mampu menetapkan limit sebagaimana diperlukan.
Remaja asertif mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya dengan cara yang produktif. Ia mampu berdiri sendiri memperjuangkan hak dan kewajibannya. Komunikasi asertif memiliki banyak manfaat bagi remaja dan merupakan ketrampilan yang akan banyak membantu seseorang sepanjang hidupnya.
Beberapa contoh komunikasi asertif:
- Seorang mahasiswi bingung dengan tugas yang diberikan dosennya di kelas. Ia mengacungkan tangan dan bertanya untuk klarifikasi.
- Seorang remaja dengan percaya diri membela diri ketika sekelompok remaja lain mentertawakan caranya berjalan.
- Seorang remaja pria menolak mencoba narkoba ketika teman-temannya memaksa ia untuk bergabung.
Nah, setelah membaca penjelasan di atas tentang 4 tipe komunikasi, kira-kira Sahabat termasuk tipe yang mana? Idealnya, komunikator andal adalah yang asertif. Namun bagi yang saat ini belum mencapai tahap seperti itu, siapa bilang kamu tidak bisa mencoba? Kamu pasti bisa!
Salam Sahabatku,
Emeraldina Darmidjas, S.Psi., Psikolog