Setiap orangtua pasti ingin memberikan yang terbaik untuk putra putri mereka, meski terkadang kurang paham caranya. Termasuk untuk urusan sekolah, banyak orangtua yang ingin bersegera memasukkan anaknya ke bangku SD, meski pemerintah sudah menetapkan standar usia 7 tahun. Mengapa harus 7 tahun? Apa dampaknya jika tetap dimasukkan ke SD, namun usianya belum cukup? Sahabatku akan coba mengulasnya.
Masuk ke jenjang sekolah formal (dalam hal ini SD), memang sebaiknya sesuai dengan jenjang usia yang disyaratkan. Mengapa? Karena untuk belajar di sekolah, tidak hanya dibutuhkan kematangan akademik (Misalnya : membaca, menulis dan berhitung), tetapi juga kematangan emosi serta kemandirian. Adapun usia yang ditetapkan oleh pemerintah yakni 7 tahun, sebenarnya mengambil standar umum bahwa di usia tersebut, secara umum anak sudah memiliki kematangan, baik akademik maupun emosi dan kemandirian.
Mungkinkah ada anak-anak yang matang secara akademik, emosi dan kemandiriannya sebelum usianya 7 tahun? Mungkin saja, namun sekali lagi ini bukanlah kondisi umum, sehingga untuk membuktikan kematangannya, perlu didukung adanya pemeriksaan pendukung dari psikolog, yang biasa disebut sebagai tes kematangan sekolah.
Umumnya anak-anak yang terlalu dini masuk TK atau SD memang cukup matang secara akademik (sudah bisa membaca, menulis, bahkan berhitung sederhana). Namun biasanya kematangan emosi dan kemandiriannya tetap saja berada pada level usia kalendernya. Jadi, masalah yang potensial timbul adalah bahwa anak bisa mengikuti pelajaran di sekolah, tetapi di sisi lain misalnya : anak masih minta ditunggui Ibu, atau tidak bisa mengikuti permainan yang dilakukan teman-teman sekelasnya, atau tidak berani buang air sendiri di toilet umum sekolah, atau mudah menyerah terhadap tugas yang diberikan atau tidak mau mengerjakan pekerjaan rumah (PR) karena masih lebih suka bermain, dan lain-lain.
Memang biasanya (meski tidak semua), anak-anak yang terlalu dini masuk sekolah akan menghadapi masalah setelah kelas 3 ke atas karena beban akademik yang semakin berat, dan beban itu harus ditunjang oleh kematangan emosi serta kemandirian dalam bentuk tanggung jawab terhadap tugas-tugas sekolah.
Bagaimana dengan orangtua yang sudah terlanjur memasukkan anak ke sekolah, sementara kematangan emosi dan kemandiriannya belum cukup? maka tugas orangtua lah untuk melatih anak agar lebih mandiri dan matang secara emosi sehingga ia bisa bertanggung jawab terhadap tugas-tugas sekolahnya serta memberi kesempatan pada anak untuk bermain dan bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Selain itu, orangtua juga perlu siap memberikan dukungan lebih ketika anak memasuki kelas 3 ke atas, karena tuntutan akademiknya yang semakin berat.
Penulis : Fajriati M Badrudin,Psikolog
Editor : Eri Vidiyanto, M.Psi, Psikolog