Gawai (gadget) tentunya tidak lagi menjadi hal yang langka dalam kehidupan manusia saat ini. Dimanapun kita dapat menjumpai orang-orang menggunakan gawai, minimal smartphone. Dari usia anak-anak hingga dewasa sudah akrab dengan smartphone yang memiliki banyak fitur di dalamnya, seperti media sosial, games, dan sebagainya. Kebutuhan akan penggunaan smartphone di era globalisasi ini memang meningkat. Dampak negative dari penggunaan smartphone pun tidak bisa lagi dihindari, khususnya untuk anak-anak. Mulai dari dampak terhadap kesehatan fisik hingga masalah kecanduan.
Namun, bagaimana jika anak meminta dibelikan smartphone? Perlukan dipenuhi? Dipenuhi atau tidak, sebenarnya kembali pada dua hal yang menjadi pertimbangan. Pertama, ketersediaan dana Anda untuk membelinya. Kedua, tujuan dari kepemilikan smartphone tersebut. Mengenai pertimbangan pertama, Anda perlu melihat prioritas. Artinya, jangan sampai Anda mengorbankan dana yang dimiliki untuk memberikan anak Anda smartphone, sedangkan Anda tidak bisa makan. Meski kebutuhan akan teknologi kian meningkat, kepemilikan smartphone tetap belum menjadi kebutuhan primer yang mengalahkan sandang, pangan, dan papan kok..
Terkait pertimbangan kedua, ada baiknya menanyakan kepada anak Anda apa yang menjadi alasan baginya ingin memiliki smartphone. Untuk anak-anak di usia kecil, ada baiknya tidak memiliki smartphone sendiri, mengingat kebutuhannya belum terlalu signifikan. Adapun anak-anak yang lebih besar/ remaja, kebutuhan smartphone biasanya bagian dari eksistensi diri. Dengan fitur-fitur yang ada dalam smartphone, mereka biasanya dapat mencari informasi yang lebih kaya serta dapat lebih mengekspresikan dirinya, baik lewat tiktok, Instagram, dan sebagainya. Hal ini biasanya tidak lepas juga dari pengaruh teman-teman sebayanya.
Agar meminimalisir dampak negatifnya, jika Anda hendak memenuhi permintaan anak Anda, sebaiknya disertai dengan beberapa persyaratan. Misalnya, smartphone diberikan jika nilai ujian akhirnya baik sehingga ia belajar bahwa butuh usaha dan perjuangan untuk mendapatkan sesuatu. Kemudian setelah smartphone tersebut didapat, buatlah komitmen untuk penggunaannya. Misalnya, hanya boleh digunakan saat akhir pekan. Beberapa sekolah pun sudah ada yang menerapkan kerjasama dengan orang tua agar mengontrol penggunaan HP. Hal lain, sebaiknya sesekali waktu cek apa saja yang dibuka oleh anak di smartphone-nya. Sampaikan hal ini di awal bahwa kita sebagai orang tua ingin adanya keterbukaan dan komunikasi sehingga anak merasa nyaman dan tidak merasa diintimidasi.
Penulis : Chalid Bahar, Psikolog
Editor : Eri Vidiyanto, M.Psi, Psikolog