Apakah kamu baru putus cinta? Kayaknya baru kemarin si dia bilang akan mencintaiku selamanya, tapi hari ini tiba-tiba dia bilang kita udahan aja. Padahal kamu sudah punya angan-angan tinggi akan kehidupan masa depan dengan si dia, namun angan-angan itu langsung terhempas keras. Kamu sudah akrab dengan teman-temannya, dengan keluarganya (bahkan mereka nampak sudah memberi restu), dan orangtuamu juga nampak memberi lampu hijau akan hubungan kalian. Sekarang hancur semua karena hubungan kalian putus.
Sahabat, putus cinta, baik bisa diprediksi (ada masalah yang terus-menerus menyertai, kesulitan berkomunikasi, sering konflik, dll) maupun muncul secara mendadak, pasti akan menimbulkan guncangan. Tidak hanya jatuh cinta yang berjuta rasanya, demikian juga putus cinta. Kalian akan merasakan berbagai emosi yang bercampur aduk, seperti kaget, lega, sedih, marah, kecewa, tidak terima, malu, kesepian, khawatir, cemburu bila mantan dekat dengan orang lain, dll. Merasakan berbagai emosi tersebut setelah putus cinta, merupakan suatu hal yang wajar, yang merupakan salah satu proses dalam menerima kenyataan pahit. Walaupun begitu, bila emosi-emosi yang kamu rasakan terlalu intens, dapat mengganggumu dalam menjalani aktivitas sehari-hari maupun berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, kita coba beberapa tips untuk menghadapi putus cinta yuk!
Berikan waktu untuk berduka
Tidak perlu berpura-pura baik-baik saja setelah putus, sementara hatimu luluh-lantak. Silakan ekspresikan emosi-emosimu negatif dengan menangis, mendengarkan lagu-lagu sedih, berteriak, dll, apapun yang bisa membuat emosi negatifnya tersalurkan. Berikan waktu untukmu berduka. Akan tetapi jangan terlalu lama, seminggu sudah lebih dari cukup.
Singkirkan hal-hal yang berhubungan dengan mantan
Setelah melewati fase berduka, sekarang saatnya kamu bangkit. Tidak apa bila kamu masih merasa marah, sedih, kecewa, dll. Untuk menghindari emosi-emosi negatif tersebut menguat, segera singkirkan hal-hal yang berhubungan dengan mantan, seperti barang-barang pemberiannya, foto-foto bersama, jauhi dulu tempat-tempat kenangan kalian berdua, tidak dulu bertemu dengan teman-teman maupun keluarganya, dan tahan dirimu untuk stalking sosial media mantan. Kamu bisa non-aktifkan sosial mediamu sementara maupun memblokir nomor mantan untuk mengurangi godaan kepo-in mantan.
Alihkan emosi-emosi negatifmu dalam kegiatan yang lebin produktif
Kamu masih merasa sedih, marah, tidak terima? Tidak masalah! Bila pada fase berduka, kamu mengekspresikan kesedihanmu dengan menangis, pada tahap ini akan lebih baik bila kamu mencari penyaluran lain yang lebih produktif. Saat sedih, kamu bisa mengekspresikannya lewat puisi, cerpen, atau menulis di buku harian. Bila suka, kamu juga bisa bernyanyi atau menari. Saat marah, kamu bisa mengekspresikannya dengan berolahraga. Ini juga waktunya untukmu mengganti playlist lagu-lagumu yang semula sendu mendayu-dayu menjadi lagu-lagu yang bersemangat.
Sibukkan diri
Masih sedih juga? Masih sering teringat si dia? Ini tandanya kamu harus mengurangi waktu untuk melamun. Segera cari kesibukan agar tidak banyak waktu kosong. Ayo kerjakan tugas-tugas sekolah maupun kuliahmu, selesaikan pekerjaan kantormu, jalankan hobi, mencoba-coba kegiatan baru, seperti membuat kue, membuat kerajinan tangan, dll. Lakukan berbagai kegiatan yang menjadi tanggungjawabmu dan kegiatan-kegiatan yang membuatmu gembira.
Dekatkan diri dengan orang-orang tersayang
Sebelumnya selalu ada si dia yang menemani, wajar bila kamu merasa sepi. Walaupun begitu, jangan jadikan alasan untuk menghubunginya lagi maupun minta balikan ya. Bila kamu butuh dukungan maupun kasih sayang, carilah dari orang-orang terdekatmu, seperti keluarga, sahabat, bahkan hewan peliharaan.
Putus cinta memang berat, tapi bisa dilalui. Seiring waktu, kenangan dengan si dia akan terus berkurang dan kamu bisa jadi heran, kenapa dulu bisa menganggap mantan sebagai satu-satunya. Dengan terus menempa dirimu, kamu pasti bisa menemukan seseorang yang lebih baik daripada mantan. Kalaupun nanti kalian berjodoh dan balikan, tentu di waktu yang tepat dengan kualitas yang jauh lebih baik dari sekarang.
“Kita perlu jatuh cinta atau patah hati, untuk dapat membuat puisi yang bagus” (Helvy Tiana Rossa)
Penulis: Mardiana Hayati Solehah, M.Psi., Psikolog
Editor: M. Chalid Bahar, S.Psi., M.M., Psikolog
Gambar: https://pixabay.com/images/id-1281655/