Anak-anak adalah berkah bagi orangtua. Bisa melihat senyum mereka, mendengarkan tawa mereka, merupakan suatu bentuk kebahagiaan. Tapi anak tidak selamanya manis. Ada waktu di mana anak-anak mengamuk bagaikan badai.
Para ayah-bunda pasti pernah mendengar istilah tantrum. Tantrum merupakan ledakan emosi yang ditunjukkan dalam bentuk perilaku negatif, seperti menangis menjerit-jerit, berguling-gulng di lantai, melempar barang, memukul, membanting pintu, dll. Tantrum wajar terjadi pada anak balita, karena anak belum bisa menyampaikan kebutuhan atau keinginannya secara jelas dan masih belajar mengendalikan diri. Penyebab tantrum bisa berbagai macam, seperti kelelahan, lapar, bosan, ingin mendapatkan perhatian, maupun keinginan tidak terpenuhi.
Menghadapi anak yang sedang tantrum merupakan sebuah uji kesabaran bagi Ayah-Bunda. Dari jengkel, malu, marah, capek, ditambah lagi dengan omongan orang lain yang menuduh kita tidak sayang anak atau omongan miring lainnya. Banyak orangtua yang bisa menjadi frustasi dalam menghadapi kondisi ini. Seperti pelaut yang harus siap menghadapi badai di laut, Ayah-Bunda juga perlu punya bekal untuk menghadapi tantrum. Berikut ini tips-tips yang dapat Ayah-Bunda coba terapkan :
1. Tenangkan diri
Dalam menghadapi tantrum, yang harus ditenangkan lebih dulu adalah orangtua.. Saat menghadapi anak yang sedang mengamuk, membentak, mengancam, atau menghukum fisik (mencubit, menjewer, memukul, dll) malah akan membuat amukan anak semakin hebat. Maka dari itu, Ayah-Bunda perlu menenangkan diri sehingga dapat menjadi contoh bagi anak/
Bila takut terpancing marah, Ayah-Bunda bisa menjauh sementara dari anak, namun tetap dalam jangkauan, agar bisa mengawasi anak. Sementara menunggu amukan anak mereda, Ayah-Bunda bisa melakukan relaksasi sederhana seperti ambil jeda sejenak lalu menarik napas dan mengeluarkan secara perlahan sehingga merasa lebih tenang.
2. Beri kesempatan pada anak untuk mengekpresikan emosi nya
Saat anak mengamuk, jangan buru-buru mendiamkannya. Berikan anak kesempatan untuk mengekspresikan emosi-emosi negatifnya, namun tetap memperhatikan keamanan. Ayah-Bunda bisa membiarkan anak menangis di kamarnya atau membawanya ke ruangan yang aman serta awasi bila anak memiliki kecenderungan menyakiti diri (memukuli badan, membentur-benturkan kepala).
Berikan anak barang-barang yang bisa ia lempar, pukul, robek, seperti bantal, majalah bekas, dll, tapi hindari untuk menyakiti orang lain. Amankan pula barang-barang elektronik, pecah-belah, dan benda tajam selama anak sedang tantrum.
3. Pahamilah kebutuhannya dan berikan pemahaman sesuai usia setelah anak tenang
Setelah amukannya mereda, tangisnya mulai terisak-isak, teriakannya berkurang, berarti anak sudah bisa diajak bicara. Ayah-Bunda bisa menanyakan kenapa anak marah-marah atau menyatakan kembali kondisi yang dialami anak (“adek marah-marah karena mengantuk ya, atau Lelah, atau di sini terlalu ramai, atau cahaya ruangannya membuat silau, atau adasesuatu yang adik inginkan? ). Bantulah anak untuk belajar mengenali emosi-emosinya dan mengutarakan keinginan serta perasaannya secara lisan. Saat anak sudah lebih tenang, Ayah-Bunda bisa memberikan kenyamanan untuk anak, seperti memeluk, menawarkan minum atau snack, dan berikan pemahaman sesuai usia anak, mengapa keinginan anak tidak bisa dipenuhi atau mengapa anak harus melakukan sesuatu.
4. Konsisten
Agar mampu berkomunikasi dengan jelas dan mengendalikan dirinya, anak butuh waktu untuk berproses. Selama proses tersebut, tantrum cenderung muncul kembali. Pada anak-anak yang lebih besar, mereka pun akan belajar menilai situasi, sehingga perilaku buruk sering muncul di tempat umum maupun saat bersama keluarga besar, sebagai senjata untuk meloloskan keinginan mereka. Oleh karena itu, Ayah-Bunda harus kompak dan konsisten ya dalam menerapkan aturan. Bila Ayah-Bunda tidak konsisten (mengabulkan keinginan anak karena malu anak bertingkah di tempat umum atau khawatir dicibir kakek-nenek), perilaku tantrum anak kemungkinan akan bertambah hebat, karena anak merasa punya kuasa atas Ayah-Bunda. Anak akan belajar bahwa mengamuk adalah cara termudah dan tercepat untuk memperoleh keinginannya.
5. Hindari pemicu
Untuk mencegah munculnya tantrum, Ayah-Bunda bisa membangun mood anak dengan memastikan kebutuhan dasar mereka tercukupi. Upayakan anak mendapat cukup tidur, cukup makan, dan menghindari stimulasi yang berlebihan. Ayah-Bunda pun sebaiknya tanggap akan bahasa tubuh anak, misal mengantuk atau lapar, dan mengupayakan jadwal kegiatan yang tidak mengganggu waktu anak makan maupun beristirahat, terutama saat bepergian. Ayah-Bunda bisa membawa cemilan, mainan, atau buku yang disukai anak untuk menjaga suasana hati anak tetap gembira di tengah situasi yang berpotensi menimbulkan rasa tidak nyaman, seperti perjalanan jauh, acara keluarga yang banyak orang, dll.
6. Waspada akan masalah tumbuh-kembang
Tantrum akan mereda, bahkan menghilang seiring meningkatnya kemampuan berbahasa serta keterampilan sosial anak. Akan tetapi, bila anak Ayah-Bunda punya masalah tumbuh kembang, seperti keterlambatan bicara, belum bisa mandiri, sangat sulit memahami situasi, tantrum cenderung bertahan lebih lama. Segera lakukan konsultasi dengan dokter anak maupun psikolog untuk mengetahui penyebab tumbuh-kembang anak Ayah-Bunda serta cara untuk mengatasinya.
Badai pasti berlalu. Demikian juga tantrum. Tantrum adalah hal yang biasa dan akan hilang dengan sendirinya, bila ditangani dengan tepat. Tetap tenang ya, Ayah-Bunda. Kuatkan kerjasama antar pasangan dan keluarga dalam mengasuh anak. Dear Ayah-Bunda, kita pasti akan bisa mengatasi badai ini! ?
Penulis : Mardiana Hayati S.
Editor : Indah Sulistyorini, M.Psi., Psikolog